Kamis, 29 Agustus 2013

HARI  KEMERDEKAAN

        17 Agustus 1945 adalah hari kemerdekaan Republik Indonesia. Pada hari itu Indonesia mulai berbenah dan berdandan untuk mengurus negaranya sendiri. Selama 350 tahun Nusantara ini dijajah oleh kaum feodalisme yaitu Belanda, Portugis, Inggris, dan Jepang. Selama itu pula bangsa kita menderita, semua kekayaan dikuras untuk kepentingan dan kemakmuran para penjajah. Sementara nyawa-nyawa para pahlawan kita silih berganti berkorban untuk kebebasan dan kemerdekaan. 
         Kemerdekaan sudah 68 tahun, selama kurun waktu itu perlu dipertanyakan sejauhmana pengorbanan kita untuk memajukan bangsa dan negara. Sudahkah kita berperan dalam membangun bangsa, mencerdaskan bangsa, dan memakmurkan bangsa? Prinsip yang utama yang seringkali kita abaikan setelah pintu gerbang kemerdekaan terbuka lebar berkat Rahmat Alloh swt. melalui perjuangan para pahlawan dan pejuang kemerdekaan adalah tekad jangan sampai kembali negeri Indonesia tercinta ini dijajah oleh bangsa-bangsa yang serakah dan memaksakan kehendak. Jadilah bangsa yang mandiri, jadilah bangsa yang berperan dalam perdamaian dunia, jadilah bangsa yang teladan dalam mengurus berbagai sumber kekayaan negerinya sendiri.
           
      Dalam rangka menyambut hari kemerdekaan berbagai cara dilakukan oleh masyarakat. Semua cara tujuannya adalah mensyukuri karunia Alloh swt. yang telah memberikan kemerdekaan kepada Bangsa Indonesia. 
       Di pedesaan biasanya pada tanggal 17 Agustus diadakan upacara apel kemerdekaan. Begitu pula yang disaksikan ketika melakukan perjalanan ke daerah Wado Kabupaten Sumedang. Upacara apel kemerdekaan diselenggarakan dan dipimpin langsung oleh Bapak Camat. Tampak keramaian upacara apel kemerdekaan di Kecamatan Wado, Kecamatan Jatinunggal, Kecamatan Jatigede, Kecamatan  Cisitu, Kecamatan Darmaraja, dan kecamatan-kecamatan lainnya.
      Tampak rombongan demi rombongan yang merupakan perwakilan dari setiap desa. Mereka menuju dan  berkumpul di alun-alun kecamatan atau di lapangan yang besar untuk mengadakan upacara apel kemerdekaan.
       Terlihat sekali antusiasme dan semangat anak-anak, siswa sekolah, remaja, pemuda, dan orang tua berpawai dari desa menuju tempat apel. Berbagai hiasan dan bendera mereka pegang dengan senyum dan semangat.
       Selesai apel dan bubar ke tempat masing-masing, kemudian dilanjutkan dengan berbagai perlombaan dalam rangka memeriahkan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Perlombaan marathon, bulu tangkis, sepak bola, tenis meja, panjat pinang, balap bakiak, balap kelereng, balap bendera, balap kerupuk, dan kemeriahan lainnya yang tidak dapat disebutkan di sini.
       Puncak acara biasanya ditutup dengan pemasangan panggung. Di tempat ini dilaksanakan pembagian hadiah bagi para pemenang lomba, dilanjutkan dengan panggung hiburan dengan mengetengahkan tari-tarian dan seni warga yang dibimbing oleh Karang Taruna. Besoknya malam hari diadakan tabligh akbar dengan mengetengahkan Kiai atau Ustadz untuk memberikan siraman rohani kepada warga.  
       Kemerdekaan bangsa dapat diisi dengan berbagai cara dan kegiatan yang kondusif dengan tujuan untuk membangun dan memajukan bangsa dan negara. Namun, mengisi kemerdekaan ini jangan dinodai dengan budaya korupsi, kolusi, dan budaya nepotisme, karena jalan ini sudah dirasakan sangat merusak dan menghancurkan bangsa dan negara. Dengan katakan tidak untuk Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, berarti telah membangun bangsa ke arah maju.
      Jagalah negeri Indonesia tercinta dari kolonialisme atau penjajahan modern yaitu penjajahan dari segi pemikiran, penjajahan perekonomian, penjajahan teknologi, penjajahan ilmu dan pengetahuan, yang akan membuat bangsa jauh dari kemandirian dan selamanya di kendalikan negara lain. Semoga Tidak. 
Indonesia tetap maju. 
Merdeka. 
Semoga segalanya diridloi oleh Alloh swt. Tuhan Yang Mahaesa. Tidak ada tuhan selain Dia.