Selasa, 29 Agustus 2017

Kesenian Tradisional Rebana Biang

Rebana Biang
Kesenian Rebana Biang disinyalir mulai ada di Jakarta Selatan pada tahun 1825. Kesenian ini dibawa oleh Haji Damung dari Banten ketika beliau hijrah ke Jakarta untuk mengajar ngaji. Kesenian ini pernah jaya  pada tahun 1950 ketika itu ada seorang ronggeng dalam grup kesenian Rebana Biang pimpinan Bang Sa'anan, yang dapat menghipnotis penonton sehingga tidak mau beranjak dari tempat duduknya mulai pukul 20.00 sampai pukul 04.00. Setelah itu, sempat tidak berkembang, dan muncul kembali pada tahun 1974 ketika Gubernur Ali Sadikin menghidupkan kembali budaya Betawi. Kesenian ini menggunakan alat musik terdiri atas rebana gendung, rebana kotek, rebana biang, dan kecrek. Kesenian ini biasanya mengiringi tari blenggo dan topeng blantek. Busana para pemain menggunakan pakaian adat Betawi atau pakaian koko dan celana pangsi dengan kopiah, sarung diselendangkan di leher, dan sorban yang dililitkan di leher. Syair lagu yang dilantunkan dalam kesenian Rebana Biang lagu Betawi seperti Jali-jali dan Kicir-kicir, lagu Sunda seperti Sorban Palid dan Bang Haji, dan lagu Arab seperti Maulana dan Dzikir. Kesenian ini biasa melakukan pagelaran dalam hajatan pernikahan, sunatan, peresmian gedung, ulang tahun, pesta rakyat, dan hajatan lainnya. Kesenian ini bisa ditampilkan di dalam rumah, halaman rumah, lapangan, panggung, gedung, dan aula. Adapun yang menjadi maestro kesenian Rebana Biang adalah Pak Engkos.

1 komentar: