Selama ini mungkin kita hanya mengetahui
Kerajaan Pajajaran, Tarumanagara, Sriwijaya, Majapahit, Kediri, Mataram,
Kerajaan Demak, Kesultanan Cirebon, dan Kesultanan Banten sebagai kerajaan besar
yang menghiasi kehidupan masa lalu bangsa Indonesia,
padahal di sekitar kita terdapat sebuah kerajaan yang belum kita
ketahui yaitu Kerajaan Sumedanglarang. Sumedanglarang terdapat di
Kabupaten Sumedang.
Peninggalan Kerajaan Sumedanglarang beserta
keturunannya disimpan di museum Prabu Geusan Ulun. Mendengar
museum Prabu Geusan Ulun mengingatkan kita akan patriotisme dan
keagungan Kerajaan Sumedanglarang, lokasi ini juga dicanangkan menjadi
pusat (puser) kebudayaan Sunda. Sayangnya Museum Prabu Geusan Ulun
merupakan museum milik swasta yang dikelola oleh swasta, kemungkinan
keturunan Sumedanglarang dan para bupati tempo dulu. Namun demikian
diharapkan di masa yang akan datang banyak para donatur yang memberikan
perhatian terhadap eksistensi museum ini, agar lebih terawat,
terpelihara, dan semakin memuaskan para pengunjung.
Salah satu Pintu Museum
Di museum Prabu
Geusan Ulun ada enam gedung yang dijadikan wahana menyimpan
peninggalan leluhur Sumedang, yaitu gedung Srimanganti, gedung Pusaka,
gedung Gamelan, gedung Gendeng, gedung Bumi Kaler, dan gedung Kereta.
Gedung Srimanganti dibangun pada tahun 1706, fungsinya adalah
sebagai tempat para tamu menanti/menunggu bertemu dengan bupati. Di
gedung ini tersimpan beberapa photo para bupati Kabupaten Sumedang.
Gedung ini berada di bangunan paling depan setelah pintu gerbang, yang
letaknya di sebelah kiri.
Gedung Bumi Kaler dibangun pada tahun 1805, di gedung ini di antaranya tersimpan koleksi uang kuno, busana pakaian sunat masa lalu, dan 33 buah naskah kuno. Gedung Gendeng dibangun pada tahun 1850, di gedung ini tersimpan pusaka.
Gedung Bumi Kaler dibangun pada tahun 1805, di gedung ini di antaranya tersimpan koleksi uang kuno, busana pakaian sunat masa lalu, dan 33 buah naskah kuno. Gedung Gendeng dibangun pada tahun 1850, di gedung ini tersimpan pusaka.
Gedung Gamelan dibangun pada tahun 1973, di gedung ini tersimpan
perangkat kesenian tradisional para bupati Sumedang di masa lalu yaitu
gamelan panglipur peninggalan Pangeran Ranggagede (1625-1633), gamelan
pangasih peninggalan Pangeran Kornel (1791-1882). Pangeran Kornel adalah
seorang pahlawan nasional, beliau merupakan Bupati Sumedang yang
menentang keras kerja paksa yang dilakukan pemerintahan Penjajah
Belanda. Beliau memberontak terhadap pemerintahan Belanda karena tidak
tega melihat anak bangsa teraniaya untuk bekerja keras tanpa upah dan
makanan yang memadai sehingga banyak para pemuda yang mati. Semangat
patriotisme beliau diabadikan menjadi nama Cadas Pangeran, jalan yang
menjadi pintu gerbang Sumedang dari arah Bandung (Barat).
Sejumlah Gamelan Peninggalan para Bupati
Gamelan Sari
Arum peninggalan Pangeran Sugih (1836-1882). Gamelan Sari Oneng Mataran
peninggalan Pangeran Panembahan Rangga Gempol III tahun 1656. Gamelan
Sari Oneng Parakan Salak peninggalan Tuan Andria tahun 1825. Gamelan
Sekar Oneng yaitu gamelan paling bagus dan terkenal pada tahun 1656,
peninggalan Pangeran Panembahan.
Gedung Pusaka dibangun pada tahun 1990, di gedung ini tersimpan pedang, tombak, gobang dan senjata perang para prajurit Kerajaan Sumedanglarang. Selain itu terdapat mahkota Siger Binokasi yang dilapisi mas 14 karat.
Gedung Pusaka dibangun pada tahun 1990, di gedung ini tersimpan pedang, tombak, gobang dan senjata perang para prajurit Kerajaan Sumedanglarang. Selain itu terdapat mahkota Siger Binokasi yang dilapisi mas 14 karat.
Peninggalan Senjata Perang
Gedung Kereta Naga Paksi yang dibangun pada tahun 1996. Di gedung ini
terdapat Kereta Kencana Naga Paksi sebagai kereta kencana yang
digunakan untuk menyambut para tamu agung bupati Sumedang di masa lalu.
Kereta Kencana Paksi ini pula, konon pada tanggal 23 April 2011 dinaiki
Bupati Sumedang dan Gubernur Provinsi Jawa Barat, Ahmad Heryawan sebagai
simbolisasi kepindahan Kantor Bupati ke tempat yang baru. (Diambil dari berbagai sumber).
Kereta Naga Paksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar